Ari Pudjiastuti

Bekerja sebagai WI membuat saya tidak kaget dengan perubahan. Bahkan itu menjadi hal yang menantang dan menyenangkan karena selalu belajar hal baru. Dan itu mem...

Selengkapnya
Navigasi Web
Catatan Umroh Ramadhan (3): Raudhah, Taman Surga
Karpet Masjid Nabawi dan Karpet Raudhah

Catatan Umroh Ramadhan (3): Raudhah, Taman Surga

#TantanganGurusiana

Hari Ke-35

Pagi itu agendanya adalah ke Raudah. Impian semua jamaah umroh maupun haji saat ke Madinah adalah mengunjungi tempat yang istimewa yang disebut Raudhah. Lokasi ini tidak pernah sepi.Rasululloh SAW bersabda,”Tempat yang diantara rumahku dan mimbarku adalah raudhah (taman) diantara taman-taman surga.” (HR. Bukhari). Di tempat itulah Rosululloh memimpin ibadah sholat, menerima wahyu dan berdiskusi dengan para sahabatnya.

Raudhah merupakan salah satu tempat yang mustajab untuk berdoa dan diyakini akan dikabulkan oleh Alloh SWT. Raudhah memiliki ukuran 22 x 15 meter. Lokasinya berada diantara makam Rasululloh SAW dan makam para sahabatnya. Kawasan Raudhah ditandai dengan karpet yang berbeda warnanya dengan karpet masjid Nabawi. Jika karpet masjid Nabawi berwarna merah, maka Raudhah ini karpetnya berwarna hijau. Karena keistimewaan tempat inilah maka jamaah umroh maupun haji sangat menginginkan bisa masuk ke Raudhah. Kalau jamaah laki-laki tidak ada batasan waktu, namun untuk perempuan hanya bisa masuk di waktu-waktu tertentu.

Dari informasi petugas kebersihan di masjid, saat Ramadhan begini untuk wanita pintu ke arah Raudah dibuka pada saat Dhuha (setelah Subuh) dan setelah sholat tarawih (tengah malam). Itupun hanya dibuka dua sesi saja dan dibatasi hanya sekitar 30 menit setiap sesi. Kita bisa mengetahuinya pada layar informasi yang tersedia di dalam masjid 2 jam sebelum pintu dibuka.

Setelah merapikan kamar, pukul 09.00 saya bersiap-siap ke masjid lagi. Kali ini saya berangkat sendiri karena bu Umi sedang mencuci baju. Beliau nanti akan menyusul ke masjid. Inilah untungnya kalau hotel kita dekat dengan masjid, tidak khawatir berangkat sendirian. Jangan dipikir jam segitu masjid Nabawi akan sepi. Setahu saya tidak pernah ada sepinya jamaah masjid Nabawi. Begitulah sampai di masjid Nabawi saya masuk melalui pintu 25 karena info yang saya peroleh dari berbagai sumber pintu masuk ke Rauhah melalui pintu 25.

Ya Alloh... jamaah ternyata lebih penuh daripada subuh tadi. Pukul berapa ya mereka menunggu. Bisa jadi habis subuh tadi mereka tidak pulang. Di layar video trone tertera 1 jam lagi pintu ke Raudhah akan dibuka. Pantesan disini berjubel orangnya. Saya ikutan berdesak-desakan menunggu di ruang itu. Saking penuhnya saya tidak bisa duduk, jadilah berdiri berhimpitan bersama yang lain. saya berusaha mendekati sekat yang ada di depan, karena mereka juga bergerak kesana. Asumsinya sekat di depan itu dibuka menuju Raudhah.

Ini pengalaman pertama saya di masjid Nabawi, jadi secara naluri saya ikuti saja perilaku orang disana. Sambil menunggu sekat dibuka, semuanya berdzikir, berdoa dan beribadah sesuai kemampuan. Mendekati waktu terbukanya sekat menuju Raudhah, semua jamaah yang tadinya duduk mulai berdiri dan berjalan mendekati sekat depan. Suasananya menjadi ricuh. Semua mata tertuju pada sekat depan. Jamaah yang berada di posisi depan berusaha mengintip, mencari tahu sudah adakah askar/petugas yang akan membuka sekat tersebut.

Tiba-tiba terdengan suara gaduh dari sisi belakang samping kiri. Masyaalloh... ternyata sekat yang dibuka bukan bagian depan tapi samping. Tanpa dikomando, kami semua langsung semburat lari ke arah sekat yang terbuka itu. Sekat itu ditunggu oleh beberapa askar laki-laki. Hanya beberapa menit saja sekat itu terbuka, dan beberapa saat kemudian sekat ditutup lagi. Ya Alloh... merinding saya mengingat peristiwa saat itu. Rasa haru memenuhi dadaku saat menyadari lolos dari sekat pertama. Sambil berurai airmata, saya berlari mengikuti beberapa orang yang sudah berada di depan. Beberapa petugas mengarahkan kami menuju Raudhah.

Subhanalloh... walhamdulilah Allohu Akbar... saat mata saya melihat karpet hijau tanda bahwa saya sudah berada di kawasan Raudhah, tangisan itu pecah. Ya Alloh... betapa Engkau sayang kepada hambamu yang hina ini. Tanpa menunda, saya langsung sujud syukur lalu dilanjutkan sholat taubat dan sholat sunnah lainnya. Lokasi yang penuh sesak ada di dekat makam Rasululloh, saya tidak bisa masuk kesana. Akhirnya saya memilih mencari tempat di Raudhah yang memungkinkan untuk beribadah.

Sholat di Raudhah tidaklah leluasa. Banyak petugas perempuan yang menjaga di dalam lokasi itu. Bila mengetahui kita melakukan salam selesai sholat, langsung didekati dan diminta pindah/jalan keluar. Saya ikuti saja, namun saya tidak keluar, saya masih mencari tempat lain yang bisa saya gunakan untuk beribadah atau minimal berdoa. Alhamdulilah masih bisa mendoakan Bapak, anak-anak, saudara, teman-teman dan tetangga. Setelah dirasa cukup barulah saya keluar karena rombongan sesi berikutnya mulai dipersilahkan masuk.

Alhamdulilah... rasanya lega sekali tercapai keinginan saya masuk ke taman surga Raudhah. Semoga Alloh SWT masih memberikanku kesempatan untuk mengunjunginya kembali. Aamiin...

Batu, 18/02/2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post