Ari Pudjiastuti

Bekerja sebagai WI membuat saya tidak kaget dengan perubahan. Bahkan itu menjadi hal yang menantang dan menyenangkan karena selalu belajar hal baru. Dan itu mem...

Selengkapnya
Navigasi Web
Catatan Umroh Ramadhan (1)
tampilan di layar pesawat

Catatan Umroh Ramadhan (1)

#TantanganGurusiana

Hari Ke-33

Catatan Umroh Ramadan ini adalah kisah-kisah yang saya alami saat menunaikan ibadah umroh di bulan Ramadhan tahun 2019 lalu. Catatan ini tidak dimaksudkan untuk riya’ atau menyombongkan diri. Astaqfirullah hal adzim... semoga saya dijauhkan dari sifat tersebut. Catatan ini akan menjadi dokumen pribadi saya dan berharap suatu hari nanti saya bisa melakukannya lagi dengan tidak melupakan hal-hal penting. Karena manusia tempat salah dan juga lupa.

Saya waktu itu ikut rombongan umroh yang semi backpacker. Saya sebut semi backpacker karena kami memang harus mandiri, meski tetap ada pengurus travel dan pembimbingnya. Biayanya lebih murah dibandingkan travel lainnya. Jadi untuk orang yang tidak pede bepergian sendiri sepertinya kurang cocok ikutan travel jenis ini. Untung saya sering bepergian, jadi nyaman saja ikutan umroh jenis ini.

Contoh kemandirian dimulai dari keberangkatan. Pembimbing kami menetapkan meeting point kami di Kualalumpur International Airport (KLIA). Jadi kami berangkat sendiri-sendiri dari bandara terdekat menuju KLIA. Sebelumnya kami sudah digabung dalam satu group WA sehingga bisa janjian siapa saja yang berangkat dari bandara yang sama. Alhamdulilah saat itu saya berangkat bersama beberapa orang. Kalau tidak salah ada 12 orang waktu itu. Jadilah kami beli tiket yang sama dan janjian di bandara Juanda. Pihak travel membebaskan kami, mau beli tiket sendiri atau dipesankan travel untuk yang menuju KLIA ini. Waktu itu saya memilih nitip travel, karena mereka punya tim yang aktif memantau pergerakan harga iket. Dan alhamdulilah saya dapat tiket murah Juanda-KLIA PP Rp. 1.500.000,-

Saat berangkat rombongan Jatim janjian ketemu di Juanda. Pesawat kami Air Asia terbang sekitar pukul 05.30 WIB. Dengan diantar anak dan cucu, pukul 02.00 saya menanti teman-teman di Juanda. Kebetulan saya yang membawa semua paspor dan visa mereka.Itulah saat pertama kali kami berjumpa dan berkenalan lebih jauh dengan teman satu rombongan. Cara mengenalinya adalah dengan seragam bungkus koper, baju batik (bapak-bapak) dan jilbab kami. Jadi salah satu yang membuat biaya umroh kami murah adalah dihilangkannya beberapa kebutuhan yang tidak wajib. Contoh kami tidak diberi koper dan seragam batik hanya untuk laki-laki. Sedangkan yang perempuan diberi jilbab merah. Jadi bisa memakai koper yang sudah kami miliki. Pihak travel hanya menyediakan cover koper ukuran 24”, tas kecil dan tanda pengenal. Itu saja sebagai penanda. Dan kami rasa itu sudah cukup.

Tiba di KLIA kami bertemu rombongan dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Ternyata rombongan kami ada sekitar 80 orang. Disinilah baru semua diurusi oleh pihak travel. Mulai check in, memasukkan bagasi dan sebagainya. Dari KLIA kami naik pesawat Saudia Airline dengan tujuan Madinah.

Sampai di madinah kami sudah dijemput 2 bus yang akan membawa kami ke hotel. Saat membawa koper ke bus, beberapa orang menawarkan kartu yang bisa digunakan di Medinah maupun Mekkah. Kartunya free, namun perlu diisi ulang nantinya. Disinilah saya sembrono, menyerahkan hp saya untuk didaftarkan menggunakan no yang baru. Dan saya merasa itulah saat keamanan sosmed saya longgar. Beberapa hari kemudian ketahuan fb saya jebol. Ada yang menghacker fb saya dan digunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Hingga akhirnya saya lapor ke fb dan diblokir. Sayangnya saya gagal memulihkannya, sehingga catatan, tulisan, foto, video yang saya simpan di fb ikut lenyap. Yo wislah... salah saya sendiri yang kurang berhati-hati. Lain kali saya akan daftarkan saja nomer hp saya untuk jaringan internasional. Memang lebih mahal, namun lebih aman.

Alhamdulilah sekitar pukul 22.00 kami sampai hotel Al Mukhtara Internasional di Madinah. Jaraknya hanya 150 meter dari masjid Nabawi pintu 25. Subhanalloh... dekat sekali. Saya bergegas mandi dan mengajak teman sekamar untuk berangkat ke masjid. Bersama bu Umi, teman dari Kediri, kami berangkat. Saat itu shalat tarawih sudah selesai. Sebagian jamaah beranjak pulang.

Kami taruh sandal kami di rak tempat sandal. Lalu kami mencari tempat untuk shalat. Malam itu kami bisa shalat tarawih di masjid meski tidak berjamaah. Kemudian kami beranjak pulang. Perjalanan yang panjang membuat kami membutuhkan istirahat. Sampai di tempat sandal, kami kebingungan. Sandal kami hilang. Olala... baru sampai tanah Nabi kami sudah kehilangan sandal. Kami hanya tertawa saja. Jadilah kami pulang tanpa alas kaki. Di sepanjang jalan menuju hotel banyak toko yang buka 24 jam. Akhirnya kami membeli sandal disana. Entah berapa harganya, saya sudah lupa. Yang pasti tidak terlalu mahal.

Malam itu kami beristirahat sejenak. Alarm kami nyalakan pukul 02.00 agar kami bisa sahur dan bisa segera ke masjid. Kali ini kami tidak ingin ketinggalan sholat subuh berjamaah di masjid Nabawi. Angan-angan kami sudah melayang ke Raudah dan makam junjungan kami Rasululloh SAW. Rindu kami padamu yaaa Rosullulloh ....

Batu, 16/02/2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Jadi total biaya brp Bunda, jika backpacker gt?

17 Feb
Balas

Bironya apa, Bu? Asyik tuh bisa semibackpackeran.

16 Feb
Balas



search

New Post